Pieces Of Us by Handi Namire |
📓 Judul Buku : Pieces Of Us
📓 Penulis : Handi Namire
📓 Penerbit : Penerbit Clover
📓 Tebal : 256 Halaman
📓 Tahun Terbit : November 2017
📓 My Rating : Click Here
Blurb :
Kayrin pendiam dan jarang bergaul. Kesukaannya pada warna hitam
dan hobi mengenakan pakaian hitam membuatnya semakin terkucil. Tak ada
yang tahu bahwa sebenarnya, Kayrin menyimpan obsesi untuk menjadi penari
balet.
Pertemuannya dengan Evan, pemuda yang selalu berpenampilan ala
anak punk, membawa perubahan dalam hidup Kayrin. Hanya Evan yang tahu
mimpi Kayrin. Dan melalui Evan pula, Kayrin terlibat hubungan aneh
dengan roh seorang gadis korban kecelakaan yang tengah koma, Fania.
Gara-gara Fania, untuk pertama kalinya, Kayrin melihat "hantu".
Hantu yang memiliki satu tujuan, yakni menyelamatkan Evan. Dan Fania
menyeret-nyeret Kayrin dalam lingkaran rumit hubungan Evan dan Fania,
yang mungkin juga akan berpengaruh pada obsesi Kayrin!
Review :
Pieces Of Us by Handi Namire |
Setelah baca blurb-nya yang mengatakan bahwa Kayrin akan bertemu dengan
sosok "hantu" bernama Fania, aku langsung penasaran gimana pertemuan
mereka. Aku juga penasaran apa kisah novel ini akan romantis dan
menyeramkan kah?
📓 Isi Cerita dan Konflik :
Kisah Pieces Of Us dibuka dengan membawa aku mengenal masing-masing karakternya, yaitu Kayrin, Rilan, dan Evan.
"Dan malam ini, setelah menyaksikan keributan orangtuanya yang sudah tidak tertolong lagi, ia masuk ke studio tari. Gadis itu menenggelamkan diri sepenuhnya pada tarian, pada musik, juga ayunan gerak kaki di atas pointe shoes." (hal. 6)
Kayrin diceritakan sebagai gadis korban broken home. Di mana ia
tinggal bersama ibunya yang sifatnya masih kekanakan. Namun, Kayrin
sering melampiaskan kesedihannya dengan menari balet di sebuah studio
balet tempat ia biasa mengajar tarian itu.
Setelah Kayrin, aku dibawa mengenal Rilan, sosok cowok sahabat Kay
yang populer di sekolah. Tapi dibalik itu, ia sangat takut dengan
hantu.
"Kayrin tahu Rilan sangat penakut. Bahkan pada siang hari seperti ini, sosok pemuda yang tenar di sekolah karena prestasi kejuaraan renangnya itu gemetaran jika membahas makhluk gaib." (hal. 11)
Lalu, aku dibawa mengenal sosok Evan, cowok berpenampilan ala anak punk ini tidak sengaja bertemu Kayrin di rumah sakit.
"Rambut pemuda itu berwarna merah campur kecoklatan dan sedikit berantakan. Di bibir bawah pemuda itu terpasang tindik cincin perak. Sementara jaket kulit hitam dengan aksen tajam di kerahnya membuat penampilannya makin terlihat angker." (hal. 14)
Terakhir, aku dibuat bertanya-tanya tentang sosok gadis yang
diceritakan di awal. Gadis yang sepertinya mengalami tindakan tidak
menyenangkan. Apakah dia Fania? Sosok yang diceritakan di blurb
sebelumnya itu.
"Gadis itu mencoba menghindar. Ia lari dari serangan gerombolan laki-laki yang jelas punya niat jahat. Ia tahu, jika tidak lari sekarang juga, hal buruk pasti terjadi." (hal. 8)
Yang jadi pertanyaan aku saat awal membaca buku ini, bagaimana interaksi antar karakternya dimulai?
Kisah Pieces Of Us pun berlanjut dengan cerita yang cukup membuat aku
merinding ketika membacanya. Entah apa yang membuat Kayrin akhirnya bisa
melihat sosok Fania. Sosok yang terkadang terlihat transparan. Apalagi
ketika sedang menangis.
" "Kayrin..."
Kayrin menoleh ke pintu kamar Fania dan menyadari tidak ada siapa pun yang memanggilnya. Seharusnya ia merinding." (hal. 75)
"Baru beberapa anak tangga, langkah kaki Kayrin terhenti. Matanya tertumbuk pada sosok yang tengah berdiri di anak tangga. Sosok seorang gadis berwajah pucat. Wajahnya familiar. Sosok itu menatapnya dan menghalangi jalan tangga yang cukup sempit." (hal. 78)
"Namun Fania tidak berhenti menangis. Semakin keras tangisnya, tubuhnya semakin memudar. Saat itu Kayrin menyaksikan sesuatu yang tidak bisa dipercayai kedua matanya. Tubuh Fania lenyap perlahan-lahan di depan matanya." (hal. 116)
Lalu, bagaimana Kayrin menghadapi sosok Fania yang tiba-tiba muncul di hadapannya? Dan apa sebenarnya tujuan Fania pada Kayrin?
Di bab awal, pertemuan yang terjadi tanpa sengaja di rumah sakit,
sempat membuat Kayrin dan Evan memiliki persepsi masing-masing tentang
diri mereka. Evan yang memandang Kayrin sebagai gadis gothic. Lalu
Kayrin yang memandang Evan sebagai pemuda punk yang ingin ia hindari.
"... Berurusan dengan pemuda tengil pemarah berpenampilan punk itu adalah hal yang sangat ingin ia hindari." (hal. 23)
Tapi, seiring berjalannya waktu, waktulah yang membawa mereka saling
mengenal.
"Pada satu waktu, dia adalah gadis gothic dengan wajah misterius, berikutnya gadis itu cuma anak SMA pemarah, lalu hari ini, ia berubah menjadi guru balet yang lembut. Evan penasaran, apa yang akan ia temui berikutnya jika berpapasan dengan gadis itu lagi?" (hal. 59)
Lalu, benarkah apa yang Kayrin kenal selama ini adalah diri Evan yang sebenarnya? Ditambah ada sosok Fania yang merasakan hal tidak enak soal Evan.
"Gue nggak tahu kenapa sebabnya, yang jelas gue merasa harus bisa ketemu sama dia. Perasaan gue mengatakan kalau Evan berada dalam bahaya." (hal. 82)
Belum lagi tentang rahasia Evan yang benci pada hari ulang tahunnya.
"Evan tidak pernah menyukai hari ulang tahunnya. Bahkan bisa dibilang ia sangat membenci hari itu." (hal. 102)
Lalu bagaimana Kayrin menghadapi semuanya? Tentang balet yang jadi
impiannya. Tentang Fania yang selalu mengikutinya. Hingga Evan yang
seperti menyembunyikan sesuatu darinya.
Komentar aku :
Pieces Of Us by Handi Namire |
Awal aku baca blurb-nya, aku sempat mengira novel ini akan
dipenuhi kisah menyeramkan karena adanya sosok "hantu" bernama Fania.
Tapi dugaanku salah. Kisah novel ini punya banyak hal menarik di
dalamnya.
Ada kisah bagaimana Kayrin mengejar impiannya sementara keadaan
keluarganya yang tercerai-berai. Ada kisah bagaimana Evan berpenampilan
punk karena ada sebab di balik itu semua. Ada kisah Fania yang terbaring
koma namun jiwanya seolah selalu mengikuti Kayrin. Ia punya tujuan tapi
ia juga tidak tahu apa dirinya bisa sadar dari koma. Menurutku,
kisah-kisah ini justru menyentuh, bukan menyeramkan.
Kesimpulan :
Pieces Of Us by Handi Namire |
"Ketika kamu sudah menetapkan keinginanmu, kamu tidak akan berharap langkahmu berhenti di satu titik." (hal. 49)
Secara keseluruhan, aku suka novel ini. Aku suka cara Penulis
menuliskan tiap adegannya sejak awal baca. Aku suka juga penggambaran
tentang baletnya. Aku juga suka bagaimana konfliknya diselesaikan.
Banyak juga nilai yang bisa diambil dari kisah mereka. Tentang
jangan menyerah dengan impian. Tentang jangan menilai orang dari
penampilan luarnya saja. Tentang jangan merasa takut dengan apa pun
selama kita membela dan melindungi yang benar.
Novel ini cocok untuk kamu yang suka kisah bergenre romance dengan jalan cerita yang tidak biasa karena ada karakter 'hantu' di dalamnya. Tidak menyeramkan, kok. Tapi justru jadi menarik. Apalagi, novel ini juga bercerita tentang bagaimana karakternya mengejar impian mereka di tengah kesulitan dan penolakan yang ada di hidup mereka.
No comments:
Post a Comment